Masjid Agung Sumedang merupakan masjid kebanggaan warga Sumedang. Terletak tak jauh dari alun-alun, masjid ini selalu ramai dengan pengunjung. Baik warga setempat maupun para pendatang yang singgah dalam perjalanan.
Profil Masjid Agung Sumedang
Nama Masjid | Masjid Agung Sumedang |
Alamat | Jl. Masjid No. 1 Kec. Sumedang Selatan, Kab. Sumedang, Jawa Barat |
Tahun Berdiri | 1850 |
Luas Tanah | 7.640 m² |
Luas Bangunan | 200 m² |
Daya Tampung Jamaah | 1500 Jamaah |
Lokasi | |
Buka | 24 Jam |
Sejarah Masjid Agung Sumedang
Sejarah Masjid Agung Sumedang, menurut cerita yang beredar secara lisan dibangun sejak tahun 1850 Masehi.
Manurut cerita tersebut, pembangunan Masjid Agung ini tidak lepas dari peran serta etnis Tionghoa yang datang ke Sumedang. Etnis Tionghoa yang pada waktu itu baru datang ke wilayah Sumedang ikut serta dalam pembangunannya. Pembangunan Masjid ini sendiri merupakan gagasan dari bupati Sumedang, Pangeran Sugih atau Pangeran Soeria Koesoemah Adinata yang menjabat dari tahun 1836 sampai tahun 1882.

Arsitektur Masjid
Karena adanya peran serta Etnis Tionghoa, bentuk bangunan Masjidnya dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Sehingga ada perpaduan antara arsitektur Islam dengan arsitektur Tionghoa. Hal ini bisa dilihat dari bentuk atap Masjid yang bersusun tiga, mirip bangunan pagoda, kelenteng atau vihara. Atapnya disusun makin ke atas makin kecil. Tingkatan paling atas berbentuk limas yang disebut mamale. Di bagian bagian puncaknya bertengger sebuah benda yang disebut mustaka. Bentuknya menyerupai mahkota raja-raja di masa lampau. Sampai saat ini, walau telah mengalami renovasi pada tahun 2004 yang menelan biaya Rp 4,2 milyar, bentuk bangunanannya tidak banyak berubah.
Sementara, bentuk mimbarnya sangat antik dan dibiarkan berdiri dalam bentuk aslinya, dengan empat tiang yang dicat keemasan dan bangunan kecil dengan atap limas. Tempat khatib berdiri dibuat dengan empat trap sebagai tangga dan tempat duduknya seperti singgasana kerajaan. Untuk tombak yang suka dipegang oleh muraqi dan khatib masih utuh terbuat dari kayu jati dan berumur satu abad lebih (sekitar 120 tahun).
Ciri khas yang paling menonjol pada bangunan Masjid Agung Sumedang adalah banyaknya tiang penyangga. Tiang penyangga ini hanya dibuat dari susunan bata yang dibulatkan dengan ukuran besar. Terdapat 166 tiang, yang terdiri atas tiang utama bagian dalam sebanyak 14 buah dengan diameter 100 cm dan tiang utama bagian luar sebanyak 106 buah dengan diameter 60 cm.
Lokasi Masjid
Seperti kebanyakan masjid Agung di daerah lainnya, Masjid Agung Sumedang berada di dekat Alun-alun. Tepatnya di sebelah barat Alun-alun Sumedang. Lokasi masjid ini sangat strategis, yaitu tepat di pinggir jalan utama Bandung-Cirebon.

Di dekat masjid ini terdapat sebuah museum sejarah rakyat Sumedang yaitu Museum Prabu Geusan Ulun. Selain itu, di sekitar area masjid ini terdapat banyak sekali para pedagang kaki lima yang menjual beraneka macam makanan. Pedagang cilok, siomay, hingga tahu kebanggan rakyat sumedang tersebar di area sekitar masjid. Karenanya masjid ini sangat cocok bagi para pengguna jalan yang ingin beristirahat dari lelahnya perjalanan.
Kenyamanan Fasilitas
Berkat lokasinya yang strategis serta lengkapnya fasilitas yang tersedia di masjid ini, maka hampir semua pengunjung masjid ini merasa nyaman dan terkesan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ulasan positif mengenai masjid ini. Kebanyakan mereka menyebut masjid ini sangat nyaman dan adem sehingga sangat cocok untuk beristirahat dari penatnya perjalanan.
So, bagi kalian para traveler dan pengguna jalan yang melintas di Jl Bandung-Cirebon tak ada salahnya kalian singgah sejenak di masjid ini untuk beribadah dan menikmati kenyamanan yang tersedia di Masjid Agung Sumedang