Masjid Jami Nurul Muttahidah Mamuju ini merupakan masjid pertama yang ada di daerah Mamuju. Oleh karena itu, tak heran jika masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat. Maka, tak salah juga jika Anda menyengaja berkunjung ke sini untuk wisata religi atau wisata sejarah.
Profil Masjid
Nama Masjid | Masjid Jami Nurul Muttahidah Mamuju |
Alamat | Jl Yos Sudarso, Kel. Binanga Kec. Mamuju, Kab. Mamuju, Sulawesi Barat 91511 |
Tahun Dibangun | 1947 |
Luas Tanah | – |
Luas Bangunan | – |
Daya Tampung Jamaah | – |
Lokasi | |
Buka | 24 Jam |
Sejarah Masjid Jami Nurul Muttahidah
Masjid Jami Nurul Muttahidah, Kayulangka, adalah masjid tertua yang ada di Kabupaten Mamuju. Diperkirakan Masjid Muttahida ini dibangun sekitar tahun 1947. Masjid ini dibangun atas prakarsa KH Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan Imam Lapeo.
Awalnya pembangunan masjid ini masih darurat, sehingga dinding masih papan dan atapnya atap rumbia, besarnya kira-kira sekitar 10×10 meter. Hingga kini, Masjid Muttahida sudah beberapa kali direnovasi. Terakhir direnovasi adalah pada tahun 2007.
Meskipun masjid ini masjid tertua di Mamuju, namun bangunan masjid ini terlihat modern, sebab bangunan lama masjid ini sudah dihilangkan ketika dilakukan renovasi.
Biografi Singkat Muhammad Thahir

Ketika membahas Masjid Jami Nurul Muttahidah, nama Muhammad Thahir tidak bisa dilepaskan. Beliau adalah pemprakarsa pembangunan masjid ini. Lalu, siapakah sebenarnya sosok beliau tersebut?
Muhammad Thahir lahir pada tahun 1838 di Pambusuang. Beliau lebih dikenal dengan nama Imam Lapeo atau Tosalama‟ Imam Lapeo. Imam Lapeo merupakan tokoh sufi yang dikenal akan kecerdasannya, keberaniannya dan sifatnya yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, yang terbukti telah melahirkan sejumlah Ulama.
Imam Lapeo merupakan orang yang paling berjasa dalam penyebaran islam di Tanah Sulawesi Barat. Sosok beliau menjadi panutan dan suritauladan masyarakat kala itu. Jasa beliau bagi masyarakat Sulbar sangatlah besar. Salah satu cara dakwah beliau adalah dengan membangun masjid. Tercatat, 17 masjid yang dibangun olehnya tersebar di seantero Sulbar.
Saksi Bisu Sejarah DI/TII
Pada tahun 1950, Masjid Jami Nurul Muttahidah menjadi saksi bisu aksi Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar.
Saat itu, gerilyawan DI/TII menyerbu Kayulangka dan melakukan aksi pembakaran.
Kala itu, semua rumah warga terbakar, namun hebatnya dengan kuasa Allah, masjid ini tidak terbakar dan tidak mengalami sedikitpun kerusakan.
Luar biasa sekali kan?
Arsitektur

Sekilas, memang tidak ada yang istimewa dari arsitektur masjid yang satu ini. Bentuknya seperti kebanyakan masjid, masjid ini memiliki sebuah kubah yang berwarna putih. Terdapat pula sebuah menara yang sedikit menambah kemegahan masjid.
Masjid ini dibangun dengan dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk salat berjamaah sehari-hari, sedangkan lantai dua khusus digunakan hanya untuk salat Jumat atau Shalat Id.
Namun, meskipun dari sisi arsitekturnya tidak ada yang istimewa, Anda dapat beribadah dengan khusyu dan nyaman di masjid ini. Suasana dingin pun akan terasa saat Anda beribadah karena masjid ini memiliki pendingin ruangan yang tersebar di setiap sudut masjid.
Lokasi
Masjid Jami Nurul Muttahida berada di Jl Yos Sudarso, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Sulbar. Atau tepat di depan Anjungan Pantai Manakarra. Letaknya yang dekat pantai, menjadikan masjid ini selalu ramai oleh wisatawan yang beristirahat sekaligus beribadah.
Fasilitas
Masjid bersejarah di Mamuju ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya:
- Tempat Wudhu
- Kamar Mandi/WC
- Sound System dan Multimedia
- Penyejuk Udara/AC
- Kantor Sekretariat
- Ruang Belajar (TPA/Madrasah)
- Tempat Penitipan Sepatu/Sandal
- Taman
- Parkir
Bagaimana, Anda tertarik mengunjungi masjid bersejarah sekaligus berwisata di Pantai Manakara?